Derita Tak Kunjung Usai, Pandemi Menjadi Mimpi Buruk Anak Jalanan

Kesehatan

Penulis: Farah Zhahirah Whalyani

Pandemi Covid-19 mengubah tatanan dunia dengan sangat drastis. Keadaan memaksa kita untuk bisa tetap bertahan di tengah krisis kesehatan ini, pasalnya, tidak ada yang membayangkan sebelumnya bahwa dunia akan berubah total dengan adanya pandemi tersebut. Semua sektor kehidupan saat ini telah merasakan dampak dari keberadaan virus Covid-19 ini, tanpa terkecuali. Salah satu contoh sektor terpenting yang terdampak serta turut merasakan dampak dari adanya Pandemi Covid-19 ini adalah sektor pendidikan, di mana kita dituntut untuk dapat tetap menimbah ilmu meskipun tidak melakukan pertemuan tatap muka secara langsung. Untungnya, diiringi dengan berkembang pesatnya teknologi saat ini, kita tetap dapat menjalankan kewajiban menuntut ilmu tersebut dengan cara daring atau yang sering kita dengar; sekolah online. Hal ini tentunya menjadi kabar baik bagi setiap orang sebab tetap bisa melanjutkan aktivitas pembelajaran meskipun di tengah keadaan pandemi seperti ini.

Namun, tak sedikit pula yang merasa bahwa hal tersebut merupakan hal yang kurang menguntungkan bagi mereka karena harus memulai dari nol dengan belajar beradaptasi atas perkembangan teknologi ini, yang mungkin saja sebelumnya belum biasa mereka gunakan. Hal ini disebabkan sebelum merebaknya pandemi ini, mereka selama di sekolah, 100% mengandalkan pertemuan tatap muka untuk proses pembelajaran mereka. Tak hanya itu, bahkan jauh lebih buruk, kenyataan bahwa terdapat golongan yang menganggap kondisi ini menjadi mimpi buruk bagi mereka. Pasalnya, bukan hanya karena mereka harus mulai belajar dan beradaptasi dengan penggunaan teknologi untuk keperluan belajar tersebut, namun mereka justru sama sekali tidak mempunyai alat yang dapat digunakan untuk melakukan pembelajaran daring tersebut. Mereka adalah anak-anak jalanan yang tidak mempunyai laptop atau bahkan handphone sebagai sarana untuk tetap dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di tengah Pandemi Covid-19 saat ini.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, setidaknya ada lebih dari 200.000 jumlah anak yang putus sekolah pada masa pandemi saat ini (Valenta, 2020). Adapun berbagai penyebab putus sekolah tersebut ialah antara lain; pendidikan orang tua, ekonomi keluarga, minat sekolah, kondisi lingkungan, dan juga pandangan masyarakat. Lalu, bagaimana dengan nasib pendidikan anak jalanan di tengah pandemi saat ini? Pasalnya kita tahu bahwa, bahkan sebelum adanya pandemi ini, kesempatan anak-anak jalanan untuk menempuh pendidikan sangatlah minim. Tidak banyak anak jalanan yang akhirnya bisa menempuh pendidikan yang setara dengan anak-anak pada umumnya. Kalau pun ada yang berhasil untuk melanjutkan mimpinya untuk dapat bersekolah, tentunya karena bantuan dari beberapa pihak maupun pemerintah. Namun, di tengah kondisi pandemi seperti ini, kesempatan anak-anak jalanan untuk dapat bersekolah kembali terancam. Tak seperti teman-teman sekolah mereka pada umumnya yang memiliki fasilitas untuk tetap melaksanakan pembelajaran daring, kebanyakan anak jalanan harus kembali mematahkan mimpinya untuk tetap dapat menimbah ilmu disebabkan keterbatasan fasilitas yang mereka miliki.

Kondisi ini tentunya memerlukan peran berbagai pihak untuk dapat turut andil di dalamnya. Seperti yang pernah saya temui, di salah satu sekolah swasta yang berada di Makassar, guru-guru di sekolah itu tetap masuk mengajar di sekolah meskipun sudah ada himbauan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dari jarak jauh. Hal tersebut mereka lakukan karena mereka merasa kasihan terhadap anak-anak yang tidak mengerti pembelajaran daring atau bahkan anak-anak yang tidak memiliki handphone. Beliau menyebutkan, mereka dengan ikhlas membantu anak-anak tersebut untuk tetap dapat melanjutkan pendidikannya. Tak hanya itu, di sisi lain, masih banyak juga orang tua dari anak jalanan yang juga tetap memperjuangkan mimpi anak-anak mereka untuk tetap dapat bersekolah. Saya pun pernah mendengar cerita pengalaman seseorang bahwa demi melihat anaknya untuk bisa ikut pembelajaran, ia rela tiap pagi ke rumah tetangganya untuk meminjam handphone yang dapat digunakan anaknya untuk sekolah daring. Oleh sebab itu, tentunya kondisi ini menyadarkan kita bahwa kita semua berjuang untuk bertahan, tanpa terkecuali.

Sebagai salah satu anggota dari Komunitas Peduli Anak Jalanan, bagaimana Pandemi Covid-19 dapat memengaruhi dunia pendidikan anak jalanan tentunya menjadi sebuah kekhawatiran dan tantangan bagi saya sendiri untuk dapat membantu mereka mengatasi permasalahan tersebut. Komunitas Peduli Anak Jalanan bertujuan untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada anak-anak marginal yang tidak mereka dapatkan di bangku sekolah, ataupun untuk anak-anak jalanan yang sudah bersekolah, kami membantu mereka dengan lebih memahamkan materi yang didapatkan di sekolah. Namun dengan adanya situasi pandemi ini tentunya menjadikan saya dan teman-teman komunitas harus bekerja lebih ekstra dari sebelum adanya Pandemi Covid-19. Contoh hal paling kecil, setidaknya kita bisa untuk menjaga semangat adik-adik binaan kita untuk tetap memelihara mimpi mereka dalam menjunjung ilmu setinggi-tingginya. Dengan banyaknya rintangan yang mereka hadapi di tengah situasi sulit seperti ini, tentunya menimbulkan rasa putus asa bagi mereka dengan berbagai kekurangan yang mereka miliki. Oleh karena itu, peran Komunitas Peduli Anak Jalanan dan komunitas-komunitas yang berhubungan lainnya sangat penting untuk mengatasi permasalahan pendidikan anak jalanan ditengah pandemi saat ini. Salah satu upaya untuk menjaga semangat mereka untuk dapat tetap bersekolah dan menimbah ilmu ialah dengan terus memberikan model pembelajaran yang asik dan mudah mereka pahami.

Tak kalah pentingnya, pemerintah merupakan tombak utama sebagai aktor terpenting dalam penyelesaian permasalahan pendidikan di tengah pandemi covid-19 saat ini. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih kepada anak-anak yang putus sekolah selama masa pandemi, khususnya pada anak-anak jalanan yang semakin sulit memperoleh kesempatan mengeyam pendidikan di tengah kondisi seperti ini. Pemerintah dituntut untuk mengambil langkah pasti dan tepat untuk segera menyelesaikan permasalahan ini sebab pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh terhadap kondisi bangsa kita kedepannya. Hal ini tentunya harus direfleksikan apabila sektor pendidikan kita semakin buruk maka kita tidak lagi mampu menghasilkan anak bangsa yang cerdas, di mana mereka lah yang akan menjadi penerus negeri ini. Oleh karena itu, untuk mempertahankan serta menyelamatkan negeri ini, tentunya kita harus memprioritaskan sektor pendidikan.

Perbaikan demi perbaikan harus tetap dilakukan oleh pemerintah di sektor ini, mengingat keberlanjutan dari Pandemi Covid-19 yang masih abu-abu kapan selesainya. Apalagi seperti yang kita ketahui, sudah banyak anak-anak yang mengeluhkan mengenai membosankannya proses pembelajaran di tengah kondisi saat ini yang tidak bisa dilakukan secara tatap muka, bermain bersama, dan membuat kurangnya interaksi langsung antar satu siswa dengan siswa yang lain. Selaras dengan hal tersebut, tentunya perkembangan teknologi juga memiliki hubungan erat dalam permasalahan pendidikan ini. Hal ini menjadi PR terbesar bagi pemerintah untuk tetap bisa berinovasi namun tetap memastikan bahwa kesempatan mendapatkan pendidikan yang diikuti dengan perkembangan teknologi ini dapat dinikmati secara menyeluruh untuk setiap anak di Indonesia, utamanya anak jalanan.

Referensi:

Astri, Herlina. (2014). KEHIDUPAN ANAK JALANAN DI INDONESIA: FAKTOR PENYEBAB, TATANAN                     HIDUP    DAN    KERENTANAN   BERPERILAKU   MENYIMPANG.    Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI.

Siahaan, Matdio. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan. Jurnal Kajian Ilmiah: 1-3.

Valenta,         E.         (2020).         Infografik:          Anak-anak         yang         putus         sekolah. https://lokadata.id/artikel/infografik-anak-anak-yang-putus-sekolah