PERAN PLTA BAKARU DALAM PERJALANAN WAKTUNYA

Lingkungan Hidup

Penulis: William Desmond Tonapa

Pembangkit Listrik Tenaga Air Bakaru (PLTA Bakaru) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran air sungai sebagai kekuatan utama penggerak turbin dinamo, yang berada di atas dataran tinggi Kabupaten Pinrang, tepatnya di Desa Bakaru, Kecamatan Lembang. PLTA Bakaru hadir sebagai bentuk urgensi dalam betapa pentingnya energi listrik yang bersih untuk kehidupan manusia, sekaligus dapat mengurangi emisi karbon yang tiap tahunnya semakin meningkat. PLTA Bakaru diresmikan pada tahun 1991 dan telah menghasilkan listrik di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat selama 30 tahun, Suatu pencapaian yang besar untuk PLTA Bakaru, dimana selama 30 tahun sejak pembangunannya, tidak ada bencana atau kerusakan konstruksi yang fatal. Hal ini merupakan bukti besar bahwa PLTA Bakaru merupakan proyek yang dikerjakan dan dirawat dengan berbagai penelitian dan riset yang benar benar detail untuk keselamatan Bersama.

PLTA Bakaru berada dibawah naungan PT. PLN yang memiliki visi dan misi yang sama dengan PLN, yaitu sebagai solusi energi paling utama di Indonesia. Dalam proses pembangunannya, PLN bekerja sama dengan sebuah perusahaan Jepang , Japan International Cooperation Agency (JICA) yang membutuhkan waktu selama 7 tahun (1984 – 1991). Waktu yang begitu lama dalam membangun proyek besar ini sebanding dengan apa yang didapatkan saat ini, dimana PLTA Bakaru kini menjadi pusat energi terbarukan yang menyalurkan energinya ke dua provinsi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Pembangunan PLTA sendiri bukanlah hal yang mudah, terutama dalam menentukan berbagai lokasi yang efisien dan efektif dalam menghasilkan listrik, terkhususnya PLTA Bakaru. PLTA Bakaru berlokasi di Sungai Mamasa, dimana Sungai Mamasa merupakan anak sungai dari Sungai Saddang. Lokasi Sungai Mamasa yang berada di Desa Bakaru menjadi tempat untuk pembangunan segala komponen bangunan PLTA. Desa Bakaru terpilih sebagai lokasi pembangunan karena beberapa hal, terutama dalam aspek geologi dan hidrologinya. Aspek geologinya adalah, dimana Desa Bakaru memiliki sungai yang tidak memiliki terlalu banyak sedimentasi sekaligus berada pada batuan yang tergolong keras. Dari aspek hidrologi, debit arus sungai dan volume sungai yang besar menjadi pertimbangan yang besar, sehingga dianggap bahwa Sungai Mamasa di Desa bakaru memiliki potensi yang sangat baik untuk PLTA.

Design dari PLTA Bakaru sendiri tidak dibuat dalam waktu singkat. Untuk design keseluruhan proyek ini, membutuhkan kurang lebih 6 tahun (1878 – 1984). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa PLTA Bakaru ini,  selain memiliki daya yang besar untuk menghasilkan listrik, PLTA juga memiliki ketahanan yang tinggi agar dapat bertahan selama kurang lebih 50 tahun. Namun, bukan berarti dalam kurun 50 tahun setelah pembangunan, maka bangunan akan runtuh. Ketahanan bangunan sendiri tergantung bagaimana pihak-pihak terlibat dapat merawat dan melakukan pemantauan setiap saat, sehingga keselamatan manusia dan lingkungannya dapat terjamin.

Pada dasarnya, PLTA Bakaru memanfaatkan konsep dasar energi dalam fisika, yaitu memanfaatkan energi potensial pada aliran air, lalu mengubahnya menjadi energi kinetik untuk menggerakan turbin sehingga aliran listrik dapat terbentuk. Oleh karena itu, ada beberapa mekanisme komponen bangunan yang penting dalam menghasilkan listrik. 

Air sungai ditampung terlebih dahulu di waduk, dan bendungan sedikit demi sedikit mengalirkan air yang memiliki banyak sedimentasi. Air yang tak memiliki sedimentasi mengalir mengikuti pipa raksasa yang disebut terowongan pacu hulu yang memiliki panjang sekitar 10 Km. Dengan memanfaatkan ketinggian pegunungan, air akan mengalir lalu ditampung sementara dalam tangki pendatar. Setelah pada tangki pendatar, air akan langsung meluncur sejauh 2 Km memanfaatkan ketinggian dataran (dari tinggi menuju rendah) ke bangunan yang terdapat turbin, atau Power House. Power House kemudian menjadi pusat penghasil listrik yang kemudian energi yang dihasilkan sebesar 126 MW akan ditransferkan ke trafo untuk dibagi ke seluruh daerah yang membutuhkan listrik.